“Gubrak”Aku menabrak sesuatu dihadapanku membuat semua buku-buku
di gengamanku terjatuh. Siapakah sosok yang ku tabrak ini, mencoba menoleh
kearahnya. Nampaknya seorang pria tinggi, berkulit putih dan berkaca mata. “hati-hati” ucapnya melepas senyum dari dua belah bibirnya.
Aku menatap wajahnya dalam-dalam. Bibirku berat untuk berucap
seperti ada sebuah sengatan listrik yang menyambarku, nafasku begitu berat,
jantungku seakan sejenak terhenti.
“kamu gak kenapa-kenapa kan ?” tanyanya meyadarkan lamunanku.
“gak kok” balasku seraya membungkuk memunguti buku-bukuku yang terjatuh.
“kamu gak kenapa-kenapa kan ?” tanyanya meyadarkan lamunanku.
“gak kok” balasku seraya membungkuk memunguti buku-bukuku yang terjatuh.
Ku lanjutkan langkahku. Teringat sosok pria yang ku tabrak tadi,
siapakah gerangan dirinya, terbayang selalu ingatan senyum manisnya yang begitu
menawan. hemmm.. Mungkinkah aku jatuh cinta ???.
Pagi Jakarta,
Aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi ini. Sebentar menghampiri laptop, membuka account instagram kemudian bergegas mandi untuk segera pergi sekolah.
Pagi Jakarta,
Aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi ini. Sebentar menghampiri laptop, membuka account instagram kemudian bergegas mandi untuk segera pergi sekolah.
Jarum Jam tanganku sudah menunjuk pukul 06.30 pagi. Setelah
menyantap beberapa potong roti, segera aku melangkah menuju sekolah.
Aku menyusuri lorong sekolah menuju kelas namun sebelumya aku
harus melewati perpustakaan, laboratorium dan ruang guru. Ketika aku melewati
ruang guru, aku melihat sosok pria yang kutabrak kemarin. Nampaknya ia baru
saja keluar dari ruang guru.
“Hey..” Panggilku menghampirinya.
“Assalamualaikum” ucapnya berbalik menyapaku.
“Walaikumsalam” balaskku.
“Ada apa yah ?”
“Ga kok, kenalkan aku Kheisya Azahra” ucapku mengulurkan tangan.
“saya, Mohammad Ikhwan” jawabnya. Merapatan kedua telapak tangannya di dada.
“salam kenal” menarik lagi uluran tanganku. Aku mengerti mengapa ia tidak membalas uluran tanganku karena mungkin aku bukan muhrim baginya.
“sudah dulu yah sya, bel masuk sebentar lagi berbunyi” putusnya berlalu meninggalkanku.
“Hey..” Panggilku menghampirinya.
“Assalamualaikum” ucapnya berbalik menyapaku.
“Walaikumsalam” balaskku.
“Ada apa yah ?”
“Ga kok, kenalkan aku Kheisya Azahra” ucapku mengulurkan tangan.
“saya, Mohammad Ikhwan” jawabnya. Merapatan kedua telapak tangannya di dada.
“salam kenal” menarik lagi uluran tanganku. Aku mengerti mengapa ia tidak membalas uluran tanganku karena mungkin aku bukan muhrim baginya.
“sudah dulu yah sya, bel masuk sebentar lagi berbunyi” putusnya berlalu meninggalkanku.
Hatiku berbunga-bunga, rasanya bahagia bukan kepalang. Aku
seperti mendapat sebuah hadiah terindah karena aku bisa berkenalan dengannya.
Hemm.. ini membuatku semakin ingin tahu siapakah sebenarnya sosok Ikhwan itu.
Duduk bersandar di bangku taman sembari menimati snack yang baru
saja kubeli dikantin bersama sahabatku Mirna. Kebiasaan inilah yang kulakukan
menghabiskan jam istirahat. Sejurus kemudian aku melihat Ikhwan keluar dari
kelasnya. Untuk kedua kalinya aku mencoba menghampirinya.
“Mirna, gue kesana dulu sebentar” ucapku meninggalkan Mirna.
“oke” balasnya.
“Mirna, gue kesana dulu sebentar” ucapku meninggalkan Mirna.
“oke” balasnya.
Aku mengikuti langkah Ikhwan . Nampaknya ia menuju mushola yang
berada di ujung sekolah tepat di sebelah ruang osis.
“Kheisya, ” sapa Ratna menghampiriku. “mau shalat Dzuhur?”
“gak, aku gag bawa mukena”jawabku. “Ratna kenal sama Ikhwan ?”
“oh ka Ikhwan, dia ketua rohis disini. Memangnya ada apa kamu tanya ka Ikhwan ?”
“gak kenapa-kenapa kok. Aku boleh masuk rohis gak ?”
“boleh saja kok, rohis terbuka untuk siapa saja. Kamu datang saja kesini setiap hari minggu jam sembilan pagi mengenakan pakaian muslim”ujarnya.
“oh begitu yah,. Okeh deh, makasih yah”
“iyah sama-sama, kamu jadi Shalat gak? ini pakai mukenaku”
“gak, lain kali ajah”putusku meninggalkan Ratna.
***
“Kheisya, ” sapa Ratna menghampiriku. “mau shalat Dzuhur?”
“gak, aku gag bawa mukena”jawabku. “Ratna kenal sama Ikhwan ?”
“oh ka Ikhwan, dia ketua rohis disini. Memangnya ada apa kamu tanya ka Ikhwan ?”
“gak kenapa-kenapa kok. Aku boleh masuk rohis gak ?”
“boleh saja kok, rohis terbuka untuk siapa saja. Kamu datang saja kesini setiap hari minggu jam sembilan pagi mengenakan pakaian muslim”ujarnya.
“oh begitu yah,. Okeh deh, makasih yah”
“iyah sama-sama, kamu jadi Shalat gak? ini pakai mukenaku”
“gak, lain kali ajah”putusku meninggalkan Ratna.
***
Minggu pagi tepat jam sembilan aku datang kesekolah. Semenjak
aku mengetahui bahwasanya ka Ikhwan adalah ketua rohis, kini aku tertarik
dengan kegiatan itu.
“kheisya sini..”panggil Ratna dari dalam mushola ketika melihat kedatanganku. Segera aku menghamprinya.
“sya, pakai kerudungmu” pinta Ratna padaku.
“aku gak bawa”
“yasudah ini aku pinjamkan” ucapnya mengeluaran kerudung dari dalam tasnya kemudian memberikannya padaku.
“kheisya sini..”panggil Ratna dari dalam mushola ketika melihat kedatanganku. Segera aku menghamprinya.
“sya, pakai kerudungmu” pinta Ratna padaku.
“aku gak bawa”
“yasudah ini aku pinjamkan” ucapnya mengeluaran kerudung dari dalam tasnya kemudian memberikannya padaku.
Aku mengenakan kerudung pemberian Ratna. Baru kali ini aku
merasakan menggunakan kerudung lagi setelah lama tidak pernah menggunakan.
Terakhir ku ingat saat duduk dibangku sekolah dasar dulu, itupun hanya setiap
hari jum’at saja.
Tidak lama aku duduk, ka Ikhwan datang bersama dua orang
laki-laki yang tidak aku kenal. Kemudian mereka duduk bersila diantara kami.
Mengetahui kedatangan ka Ikhwan segera Ratna menghampirinya.
“Assalamualaikum Ka Ikhwan” sapa Ratna.
“Walaikumsalam, ada apa Ratna ?” balasnya.
“Ada sahabat kita yang baru bergabung, namanya Kheisya Azahra” Ratna meperkenalkanku. Jari jempolnya menunjuk kearahku. Ka Ikhwan hanya menolehkan wajahnya kearahku kemudian memberikan senyum. Akupun hanya tersenyum seraya mengangguk membalas senyumnya.
Waktu begitu cepat berlalu, Dzuhur telah datang dan Azan telah di kumandangkan. Kami shalat berjamaah kemudian membaca beberapa ayat Al-Qur’an, ditutup dengan Dzikir bersama dan kamipun di pulangkan.
***
“Assalamualaikum Ka Ikhwan” sapa Ratna.
“Walaikumsalam, ada apa Ratna ?” balasnya.
“Ada sahabat kita yang baru bergabung, namanya Kheisya Azahra” Ratna meperkenalkanku. Jari jempolnya menunjuk kearahku. Ka Ikhwan hanya menolehkan wajahnya kearahku kemudian memberikan senyum. Akupun hanya tersenyum seraya mengangguk membalas senyumnya.
Waktu begitu cepat berlalu, Dzuhur telah datang dan Azan telah di kumandangkan. Kami shalat berjamaah kemudian membaca beberapa ayat Al-Qur’an, ditutup dengan Dzikir bersama dan kamipun di pulangkan.
***
Sebulan telah berlalu. Kini aku semakin dekat dengan sosok ka
Ikhwan dan bukan hanya itu semenjak aku bergabung dengan kegiatan rohis kini
aku mulai rajin pergi ke mushola, rajin melakukan ibadah,dan telah memakai
pakaian muslim setiap pergi sekolah. Tentunya semua ini aku lakukan atas dasar
rasa sukaku dengan ka Ikhwan. Dialah yang mebuat aku benar-benar berubah.
Semakin hari kini rasa sukaku itu makin memuncak, ingin segera rasanya aku
ungkapkan. Namun apakah ka Ikhwan akan menerima cintaku.
Jam istirahat aku mengahmpiri ka Ikhwan yang sedang asyik duduk
di kantin. Kini saatnya aku ungkapkan semua yang aku rasakan padanya.
“Assalamualaikum ka Ikhwan, Kheisya mau ngomong sesuatu sama kakak” ucapku membuka obrolan.
“Walaikumsallam, iyah ada apa sya ?”
“ka Ikhwan sebenarnya kheisya suka sama kakak, semenjak saat pertama aku nabrak kakak dulu. Dan semua yang kini kheisya lakukkan merupakan cara agar kheisya bisa dekat sama kakak. Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Kheisya karena selama ini maksud dan tujuannya hanya untuk bisa kenal sama kakak dan kakak bisa suka sama Kheisya. Sekarang aku mau ungkapkan persaan ini sama kakak dan apakah kakak mau menerima cinta Kheisya” jelasku.
“kakak gak percaya dengan apa yang kakak dengar, kenapa kamu harus melakukan semua ini sya” balasnya seperti tidak percaya. “mohon maaf sya, kakak tidak bisa menerima cintamu karena kakak sudah memutuskan untuk tidak pacaran dan memfokuskan diri pada ujian nasional nanti”
“iyah ka, Kheisya mengerti dan Kheisya juga tahu kalau selama ini Kheisya salah”
“gak ada yang salah kok sya. Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah caraNya untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan ibadahmu dan dasarkan ibadahmu karena Allah”
“iyah ka, makasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan berhentikan membimbing Kheisya dekat sama Allah ?”
“Insya Allah tidak selama kamu masih mau belajar. Yuk, sama-sama kita belajar untuk mendekatkan diri pada Allah”
“iyah ka”putusku mengilangkan rasa kekecewaan.
Rasa itu kini makin lama menghilang. Sekarang aku harus belajar untuk melupakan impian perasaan itu, belajar untuk jadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik, dan tentu belajar untuk lebih dekat mencintai Allah.
“Assalamualaikum ka Ikhwan, Kheisya mau ngomong sesuatu sama kakak” ucapku membuka obrolan.
“Walaikumsallam, iyah ada apa sya ?”
“ka Ikhwan sebenarnya kheisya suka sama kakak, semenjak saat pertama aku nabrak kakak dulu. Dan semua yang kini kheisya lakukkan merupakan cara agar kheisya bisa dekat sama kakak. Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Kheisya karena selama ini maksud dan tujuannya hanya untuk bisa kenal sama kakak dan kakak bisa suka sama Kheisya. Sekarang aku mau ungkapkan persaan ini sama kakak dan apakah kakak mau menerima cinta Kheisya” jelasku.
“kakak gak percaya dengan apa yang kakak dengar, kenapa kamu harus melakukan semua ini sya” balasnya seperti tidak percaya. “mohon maaf sya, kakak tidak bisa menerima cintamu karena kakak sudah memutuskan untuk tidak pacaran dan memfokuskan diri pada ujian nasional nanti”
“iyah ka, Kheisya mengerti dan Kheisya juga tahu kalau selama ini Kheisya salah”
“gak ada yang salah kok sya. Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah caraNya untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan ibadahmu dan dasarkan ibadahmu karena Allah”
“iyah ka, makasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan berhentikan membimbing Kheisya dekat sama Allah ?”
“Insya Allah tidak selama kamu masih mau belajar. Yuk, sama-sama kita belajar untuk mendekatkan diri pada Allah”
“iyah ka”putusku mengilangkan rasa kekecewaan.
Rasa itu kini makin lama menghilang. Sekarang aku harus belajar untuk melupakan impian perasaan itu, belajar untuk jadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik, dan tentu belajar untuk lebih dekat mencintai Allah.
-Selesai-
Profil penulis:
Nama : Fizziah Zahra
Lahir : Jakarta,3 agustus 2002
Sekolah : SMA PGRI 24Lahir : Jakarta,3 agustus 2002
Hobby : membaca/menulis cerpen,memasak dan bermain music
Ditunggu cerita berikutnya... 😘
BalasHapusBuat lagi dong cerpennya bagus
BalasHapus